Menghindari Perilaku Menyimpang Seksual



Di zaman sekarang ini kepedulian orang sekitar cenderung berkurang. Berkurangnya kepedulian orang sekitar dan orang terdekat kita bisa menimbulkan banyak hal yang mempengaruhi penyimpangan seksual seseorang.

Jika Anak Menonton Film Porno

Jika kita mendapati anak kita mengakses konten porno, jangan panik, jangan emosi, dan tetap tenang. Bangun kedekatan bersama anak kita.

Jangan memarahi anak kita karena emosi kita yang meluap-luap. Pendekatan kepada anak tanpa memunculkan interogasi berlebih dari kita.

Batasi pula akses anak terhadap gawai yang dipegangnya. Beri jam daring dan batas anak diperbolehkan mengakses internet.

Fenomena Kehamilan Tak Diinginkan 

KTD sudah bukan hal yang luar biasa di masyarakat kita. Sudah banyak remaja zaman sekarang yang terperosok dalam lembah pergaulan bebas, sehingga terjadinya berbagai masalah.

Membangun Komunikasi dengan Anak

Membangun komunikasi dengan anak tidak serta merta dengan hasil yang instan. Membangun komunikasi berarti membangun bonding antara anak dan orangtua.

Blokir Situs Porno

Bukan berarti tidak memperbolehkan anak memegang gawai. Dengan catatan, sesuaikan dengan visi misi keluarga kita. Bisa dengan membatasi jam daring anak, memberi pasword aplikasi tertentu, atau membatasi jam akses internet. Selain itu, orangtua bisa memasang aplikasi secureteen parental control pada gawai anak.


Seandainya Saya Menjadi Fasilitator Bunda Sayang...


Menjadi fasilitator yang ada di dalam benak saya adalah tentang belajar kembali. Menjadi fasilitator bagi saya, adalah saat saya menemukan banyak pelajaran berharga dalam menuntut ilmu.


Menjadi fasilitator bagi saya adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu. Meski sekarang sudah banyak berterbangan pelatihan fasilitator. Meski butuh kecakapan dalam pengelolaan diri dan pengelolaan orang banyak, inilah seninya. Dimana kita harus berjuang menahan ego dan menahan emosi kita. 

Fasilitator itu Mudah
Tak ada kata 'sulit' untuk menjadi seorang fasilitator. Kata 'sulit' justru akan mempersulit kita dalam menjalaninya. 

Menjadi fasilitator seperti menemukan diri kita kembali. Dapat memahami ilmu dengan lebih baik, menjadi banyak wawasan dari para peserta. Dan menjadi fasilitator ibarat melihat pelangi setelah turunnya hujan. 

Fasilitator itu Memudahkan
Saling membantu, bekerja sama, dan berbagi  menjadi satu hal yang paling menyenangkan bagi saya. Bisa membantu teman belajar yang kesulitan menjadi suatu kelegaan saya.

Pengalaman terburuk saat saya meminta bantuan dan justru ditanggapi dengan tidak baik di sebuah lembaga organisasi (bukan di Ibu Profesional) menjadi suatu pembelajaran. Bahwa saat orang kesulitan dan butuh bantuan dari yang berhak bukan malah disalahkan ataupun tidak ditanggapi dengan ramah, tapi dengan didekati, dimotivasi, dan dibimbing.

Bersyukur saya berada di ruang pembelajaran ini. Dimana teman-teman yang lain saling membantu dan saling berbagi dengan ikhlas dan sukarela. Bergembira hati ini saat hal yang sebenarnya tak mungkin bisa menjadi mungkin dengan selalu bersama-sama.

Fasilitator Bukan Guru
Menjadi fasilitator bukan berarti kita harus tahu semuanya, memberikan semua ilmu kepada peserta. Justru dengan menjadi fasilitator, kita memperoleh banyak ilmu. Ilmu dari guru kita dan ilmu dari peserta.

Bekal Menjadi Fasilitator Bunda Sayang
Sebenarnya tak ada bekal khusus bagi saya. Saya hanya yakin dan percaya diri terhadap apa yang sudah saya dapatkan di kelas Bunda Sayang Batch 2 dan yang telah saya praktekkan. 

Hanya ingin melakukan yang terbaik.

Menjadi salah satu pelecut saya untuk dalam belajar di kelas Bunda Sayang IIP. Banyak sekali ilmu yang langsung bisa saya terapkan sehari-hari. 

Di saat saya bingung apa yang mau saya lakukan hari ini bersama anak, saya menjadi ada bayangan dengan materi dan tantangan di kelas ini.


Memberikan yang Terbaik
Salah satu hal yang membuat saya tertantang di kelas bunda sayang adalah melakukan yang terbaik. Bukan semata-mata untuk lulus atau memperoleh badge tertentu. Tapi tentang kualitas diri kita sebagai ibu.

Memberikan yang terbaik dalam berbagi dan melayani teman-teman di kelas Bunda Sayang nanti menjadi motivasi saya untuk lebih bermanfaat bagi orang lain.

Time Management
Managemen waktu bukan sebuah alasan untuk berbagi dan melayani. Justru dengan menjadi fasilitator akan banyak hal yang yang dapat diambil terkait dengan managemen waktu saya, utamanya managemen gadget.

Membaca, Sumber Ilmu yang Tak Akan Habis
Salah satu amunisi saya dalam belajar apapun dan dimanapun adalah dengan membaca. Meski sudah ada materi yang disiapkan, membaca harus tetap dibudayakan. Bukan berarti dengan membaca menjadi tambah tahu. Tetapi terkadang dengan membaca, kita menjadi semakin sadar kurangnya ilmu yang ada pada diri kita.

Menambah Saudara
Hal yang paling saya sukai dari beberapa kelas adalah bertambahnya saudara. Bisa menjalin persaudaraan meski hanya di dunia daring. Tapi terkadang ikatan batin jauh lebih mengikat.

Saya tidak bisa berandai-andai tentang masa depan saya. Yang saya lakukan sekarang adalah yang terbaik menurut versi saya. Dan setiap hari itulah yang saya tekankan. Agar di tiap harinya saya termasuk orang-orang yang beruntung, karena berusaha menjadi lebih baik di hari sebelumnya.

Fitrah Seksualitas Anak Usia 0-2 Tahun


Seksualitas mungkin masih terdengar tabu pada sebagian masyarakat. Padahal pendidikan seksualitas merupakan hal yang penting bagi anak. Sekarang maupun saat anak masih dewasa.

Pendidikan seksualitas sejatinya adalah membentuk anak agar bertanggungjawab pada gender yang dimiliki. Sehingga anak memiliki aqidah lurus dan akhlak yang baik, menjadi manusia yang beradab. Dan juga anak bisa terhindar dari berbagai masalah seksualitas yang bermacam-macam.

Tantangan gender di zaman sekarang memang banyak sekali. Tak hanya menimpa orang dewasa, anak kecil pun sekarang banyak yang menjadi korban. Mulai dari anak tak mengenal identitas seksualnya hingga pada orientasi seksual yang dilarang agama.

Dimungkin karena berbagai hal sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Kelainan kromosom pada anak yang membuatnya bingung dengan identitas seksual yang ia miliki. Sehingga ada kecenderungan anak melawan fitrahnya dan berbelok ke arah orientasi seksual yang dilarang agama.

2. Faktor Eksternal
Berbagai macam faktor eksternal dapat mempengaruhi anak dalam menentukan identitas seksualnya.

a. Peran Orang Tua
Peran orangtua menjadi sangat vital. Karena  orangtua merupakan guru pertama anak dan guru terbaik bagi anak sepanjang masa. 

Orangtua menjadi yang pertama saat anak bertanya, "siapa aku?", "mengapa aku berbeda denganya?". Dan ini harus dijelaskan oleh orangtua tanpa menutup-nutupi. Bukan dengan menyebut organ reproduksi dengan kata-kata yang tak semestinya, hingga skema anak terhadap kata tersebut menjadi negatif.

Untuk itu, pendidikan seksualitas harus sejak dini diberikan kepada orangtua ke anak.

b. Lingkungan Sekitar
Lingkungan menjadi faktor yang mudah mempengaruhi anak. Lingkungan yang baik dan kondusif menjadi satu hal yang tak boleh luput dari orangtua.

Saat memilih tempat tinggal, lihat dulu siapa tetangganya.

Mungkin petuah yang biasa diucapkan orang-orang ini banyak benarnya. Saat kita memilih tempat tinggal untuk keluarga kita. Tidak hanya rupa dari tempat tinggal ataupun akses untuk mencapai sebuah tempat tertentu. Tapi juga lihat tetangganya. Bagaimana perangainya, baik atau buruk? 

Untuk anak yang sudah bersekolah pun, memilih teman yang akan dijadikannya sahabat merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak. Memang seharusnya tidak boleh membeda-bedakan teman, tapi jika teman mengantarkan anak kita ke penjerumusan yang negatif tentu harus kita waspadai.

c. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi seseorang yang tidak stabil bisa menjerumuskan seseorang ke lembah hitam dalam hidupnya. Untuk itu, tanamkan anak-anak kita pendidikan aqidah dan akhlak sejak dini. Sehingga saat dewasa kelak, ia sudah memiliki pedoman hidup untuk melangkah.

d. Media Elektronik
Media elektronik zaman sekarang banyak mengubah anak-anak dibanding anak dari generasi lama. 

Adanya internet yang bebas diakses, bahkan acara televisi banyak yang memberikan pengaruh buruk bagi orang tua.

Sebisa mungkin orangtua meminimalir pengaruh tersebut. Salah satunya bisa menerapkan aplikasi parental control pada gawai, agar anak terhindar dari paparan negatif.

Pendidikan Seksualitas Anak Usia 0-2 Tahun

Pendidikan Seksualitas (tarbiyah jinsiyah atau sex eduacation) merupakan suatu pendidikan yang tak hanya anak dapatkan dari luar rumah. Pendidikan ini justru harus didapat sejak dini.

Di usia 0-2 tahun merupakan masa menyusu anak. Di sini, anak sudah bisa diajarkan tentang aqidah melalui proses menyusui. Prinsipnya di masa ini, menutup aurat anak dan aurat ibu.

1. Menyusui Langsung
Selain dapat melekatkan bonding antara ibu dan anak. Dengan menyusui, anak sudah bisa merasakan nikmatnya menyusu (fitrah seksualitas mulai terbentuk).

Di masa ini, secara otomatis anak menjadi lebih dekat dengan sang ibu. Dan ini akan terbawa hingga anak sudah berusia dewasa.

Memang tak dapat dipungkiri, tidak semua ibu bisa dan mampu menyusui secara langsung. Bagi ibu bekerja, menyusui secara langsung menjadi hal yang dinantinya setelah pulang bekerja. Untuk itu, manfaatkan peluang waktu itu dengan menyusui semaksimal mungkin.

Dan di saat menyusui ini, hindari menggunakan gawai. Selain fokus anak akan terganggu. Anak bisa merasa terabaikan, meski dalam dekapan ibunya.

2. Menjaga Aurat
Menutup aurat saat menyusui, sehingga anak hanya boleh melihat aurat ibunya bagian atas. Dan di saat menyusui ini, hanya ada ibu dan anak yang menikmati romantismenya.

#day3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#fitrahseksualitas

RCO Makin Keren



RCO atau Reading Challenge ODOP merupakan sebuah program dari komunitas ODOP untuk membiasakan para anggotanya memiliki kebiasaan membaca. Ya, karena untuk menulis pun kita harus banyak-banyak membaca, bisa sebagai referensi, bisa juga sebagai penambah ilmu kita di bidang kepenulisan.

Baca juga : Kesan RCO #2

Dan di hari ini adalah hari terakhir RCO #3, dimana RCO kedua yang saya ikuti setelah RCO #2. 

Baca juga: Ikut RCO Lagi

Sebenarnya, dulunya saya suka baca, terutama baca novel. Tapi semenjak punya anak jadi seperti tak punya banyak waktu untuk membaca. Gimana mau baca, lha buku yang dipunya itu-itu aja. Hehe

Setelah ikut ODOP, mata saya kembali berbinar-binar karena menemukan apa yang aku ingin lakukan sejak dulu. Dan saat itu, aku ikut RCO #2 dan lulus. Yeey...

Setelah RCO #2, tak disangka dengan cepat muncullah RCO #3. Dan tak kusangka ternyata pesertanya membludak. Sampai berlembar-lembar pije RCO merekap. Karena adanya seleksi alam, pesertapun berguguran.

Ada yang menarik di RCO #3 kali ini, target membaca per harinya lumayan menguras waktu dan pikiran, minimal 40 halaman per hari. Dan ketika lagi tak semangat membaca agak berat. Apalagi kalau buku yang dibaca buku nonfiksi, butuh konsentrasi dan perhatian khusus untuk menyelesaikan target harian ini.

Tantangan awal hingga tantangan ketiga menurutku lumayan mudah. Dibanding dengan RCO #2 kemarin yang tantangannya bikin sakit perut. Apalagi dulu tak punya banyak buku dan belum unduh aplikasi i-pusnas. 

Yang paling mengejutkan dari RCO #3 ini adalah tantangan terakhirnya. Bikin puisi dari buku biografi yang dibaca. Berat banget ini, coba kalau aku jadi Dilan, bikin puisi semenit pasti jadi. Sayang aku bukan Dilan, bikin puisi pun harus semedi 2 hari dulu baru publish di facebook. Ya, meski dengan kualitas puisi yang tak ada bagus-bagusnya juga. 😢

Tantangan yang bikin sakit kepala adalah membaca buku bahasa Asing. WOW BGT ini. Karena di rumah sekarang yang aku punya cuman buku bekas zaman kuliah. Yowes, yang kubaca mau tak mau buku itu. Dengan tebal 400an halaman, baca buku ini butuh konsentrasi tinggi. Untungnya saya sudah sedikit tahu isi bukunya, jadi tak terlalu susah saat diminta membuat tantangan resume buku. 😁

RCO kali ini emang bener-bener TOP MARKOTOP deh. Tantangan tiap level sudah berjenjang. Dari level rendah hingga ke level tertingginya.

Semoga dengan RCO kedua kalinya ini membuatku tak berhenti membaca, meskipun sudah selesai programnya.

Sukses terus buat RCO...

Fitrah Seksualitas Melawan LGBT

Fitrah seksualitas anak merupakan hal yang esensial dalam kehidupan anak. Pasalnya, di zaman yang serba modern ini, anak dengan mudah mengakses konten dewasa dan lebih mudah terpapar dengan lingkungan sosialnya.

Salah satu permasalahan gender yang makin marak di negeri kita adalah LGBT.



Mendekatkan Anak pada Orang Tua
a. Menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak
b. Memahami fitrah anak, kemampuan anak, serta dapat bersama anak-anak kapanpun dan dimanapun
c. Jadi contoh bagi anak. Karena anak merupakan peniru yang ulung. Libatkan dan beri mereka kepercayaan
d. Menjadi orangtua yang kompak dan bahagia

Virus Merah Jambu di Usia Dini
Virus merah jambu di usia dini atau bisa dikatakan ketertarikan dengan lawan jenis sebelum memasuki usia pubertas merupakan sebuah alarm bagi kita orangtuanya. Fenomena tersebut patut kita waspadai agar anak kita dapat terhindar.

#day2
#futrahseksualitas
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Fitrah Seksualitas Anak

Berada di level 11 ini, tantangan menjadi semakin memuncak. Ibarat pohon, semakin tinggi terpaan angin akan semakin kuat. Di level 11 ini, materi semakin menantang kami dalam mendidik anak-anak kami mengenai fitrah seksualitas.

Berbeda dengan tantangan sebelumnya, meski di tantangan kali ini tetap saja harus menyelesaikan 10 hari tantangan. Tapi ada satu tantangan menariknya, yaitu adanya presentasi kelompok. Selain bikin tambah pengetahuan dan pengalaman dari temen-temen yang rasanya sudah seperti SIRUP, berwarna-warni dan manis rasanya. Adanya tantangan ini mungkin juga ada clue setelah kelas bunsay ini. 😁



Langsung saja....

Di awal Ramadhan ini, presentasi dari kelompok 5 sangat seru. Kali ini tentang fitrah seksualitas anak. 

Jika Fase Fitrah Anak Terlewati

Dari tahapan yang sudah dijelaskan oleh ust Harry Santosa sudah sangat jelas. Jika salah satu fase hilang ataupun terlewati, maka tentunya akan menjadi tak lengkap. Layaknya kehidupan sebuah tanaman yang harus melewati semua proses tanaman itu tumbuh. Mulai dari biji ditanam, disemai, tumbuh tunas, dan bertumbuh menjadi sebuah pohon.

Jika ada tahapan yang tidak sesuai, maka akan timbul bias gender dalam kehidupan anak. Jika sudah terlanjur, bisa meminta bantuan psikiater atau tokoh agama. Akan tetapi, peran orangtua di sini sangat penting sekali untuk menyemangati dan memberikan kekuatan anak terhadap gender yang sudah ada padanya.

Khitan dan Haid

Khitan merupakan salah satu sunnah Rasul yang sangat dianjurkan bagi kaum laki-laki. Selain untuk menjaga kesehatan organ reproduksi, dengan khitan maka saat seorang laki-laki beribadah kulup penisnya sudah bisa bersih dari najis.

Bukan tak berarti, khitan anak harus ada paksaan dari orangtua. Khitan pada anak justru karena anak sudah menginginkannya dan disertai alasan yang syar'i.

Begitu pula dengan haid, saat anak menanyakan haid mengapa terjadi. Kita pub harus menjelaskan kepada anak dengan jelas. Sama saat kita menjelaskan apa itu penis. Bukan bernama tit**t, bur**ng, ataupun nama kiasan lainnya.


Fitrah yang Tercederai

Fitrah seseorang tercederai jika seseorang mengalami apa yang dinamakan dengan fitrah yang berkebalikan. Dimana seorang laki-laki yang harusnya seperti dan berperilaku layaknya laki-laki, tetapi bertolak belakang dengan fitrah yang sudah melekat pada dirinya.

#day1
#fitrahseksualitas
#tantangan10hari
#level11
#kuliahbunsayiip

Tulisan ini sekaligus menjadi Ramadhan Writing Challenge ODOP 2018 dengan tema pertama di hari ini adalah SIRUP. Sudah ketemu kan kata sirup 😁

#RWCODOP2018
#onedayonepost

Sejarah Kesehatan Masyarakat

Tantangan terberat bagi hidup saya adalah ketika saya harus membaca buku/jurnal berbahasa Inggris. Lebih lumayan sih memang baca buku nonfiksi, ketimbang buku fiksi yang terkadang banyak kosakata baru dan susah dimengerti kecuali harus membuka kamus. Tapi tetap saja membaca bahasa nasional sendiri lebih menyenangkan dibanding bahasa asing. ✌

Dan kali ini sedikit ringkasan dari Sejarah Kesehatan Masyarakat yang diterbitkan oleh Johns Hopkins University. Buku ini ditulis oleh seorang professor dari Universitas Columbia dan Editor American Journal of Public Health yang bernama George Rosen, M.D., PH.D., M.P.H


Buku versi Asli


Ada 8 bab topik di buku ini yang diulas secara rinci dan menariknya semua bagian ilmu kesehatan masyarakat tersaji lengkap di buku ini. Tentu saja jika dibanding dengan buku Indonesia yang membahas tentang Public Health.

Dalam buku ini menggambarkan tentang bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di zaman kekaisaran Roma, Yunani Kuno, Eropa, Amerika. Tak hanya menggambarkan perkembangan kesehatan di berbagai tempat.

Dalam buku ini, penulis juga menceritakan beberapa tokoh yang turut andil dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Tak hanya menemukan ilmu baru melalui percobaan langsung, beberapa tokoh juga melakukan penelitian epidemiologi untuk menyelesaikan beberapa masalah kesehatan.

Rosen membagi beberapa masalah kesehatan yang masuk ke ranah masyarakat. Antara lain, penyakit menular, suplay air dan pembuangan kotoran (kesehatan lingkungan), kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga dapat dikelompokkan di berbagai ilmu yang kini menjadi bagian (departemen/peminatan) yang ada di jurusan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Dalam buku ini, Rosen juga menceritakan bahwa penanggulangan masalah penyakit menular dapat segera teratasi. Meski tidak dapat 100% dunia bebas dari penyakit menular. Kembali ke prinsip kesehatan masyarakat bahwa mencegah dan mengendalikan penyakit kronis dan penyakit menular