Semua Anak Adalah Bintang

Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At-Tin 4)

Sejatinya Allah sudah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dengan segala kelebihan-kelebihan yang Allah berikan. Dan kelebihan dari semua manusia yang diciptakan Allah itu tak sama.

Anak adalah amanah yang Allah berikan kepada kita, orang tuanya. Sebagaimana amanah lain di muka bumi, anak pun wajib kita jaga dan kita didik sesuai dengan fitrahnya. Menjaganya berarti kita melaksanakan kewajiban kita sebagai orang tua.

Allah Tidak Pernah Membuat Produk Gagal


Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS Al-Mukminun 14)

Allah merupakan sebaik-baiknya pencipta. Bahkan manusia pun tak bisa membuat lalat dengan bentuk yang sangat sederhana melebihi ciptaan Allah.



Lalu, mengapa ada anak bodoh dan pintar di dunia ini? Bukankah Allah menciptakan manusia dengan sempurna?
Tidak ada anak yang bodoh. Sejatinya semua anak itu pintar. Kata 'bodoh' hanyalah labelling saja kepada sang anak. Labelling, suatu tindakan memberi cap atau label kepada seseorang. Anak dengan otak yang masih terus berkembang akan mudah mengingat apa yang pernah didengarnya. Kata 'bodoh' ataupun kata negatif lainnya akan terus diingat oleh sang anak dan akan menjadi satu dengan dirinya bahwa dirinya adalah seseorang yang 'bodoh'.

Menjadi orang tua, tentu kita harus berusaha semaksimal mungkin mendidik anak. Menjadikan anak sebagai bintang kejora kita. Bukan hanya anak kita yang terus belajar menjadi bintang kejora bagi orang tuanya. Kita, sebagai orang tua pun harus terus menuntut ilmu. Mengamati gaya belajar anak dan menstimulasi anak sesuai dengan gaya belajar yang anak miliki.

Setiap anak memiliki ciri khas, tugas orang tua hanya mendampingi dan menemukan ciri khas anak

Bandingkan Anak Kita dengan Dirinya Sendiri, Bukan dengan Orang Lain
Sebagai orang tua terkadang merasa 'baper' saat anak orang lain sudah memiliki kemampuan melebihi anak sendiri. Memperlakukan mereka layaknya anak yang serba bisa tanpa memperhatikan kelebihan yang anak miliki. Bukan lagi menyalahkan anak karena kemampuannya yang lebih rendah dibandingkan anak lain. Tapi kita sebagai orang tua mengevaluasi dan menanyakan apakah anak sudah memiliki perubahan dibanding dengan masa lalu.

Membuat Gunung, bukan Meratakan Lembah
Menjadikan anak si jago semuanya, mungkin banyak dilakukan orang tua. Mulai dari mengikutkan les ini dan les itu untuk si anak demi menunjang prestasi akademik anak atau malah sebatas menghilangkan gengsi orang tua.
Menjadikan anak maestro baru, dengan orang tua tahu apa yang disukai dan anak terampil di dalamnya, membebaskan anak untuk menyelami dunianya. Maka kita akan melahirkan sang maestro baru. Dimana kita akan membuat gunung. Bukan meratakannya menjadi lembah.

Enjoy, Easy, Excellent, Earn (4E)
Inilah yang dinamakan bakat. Dimana anak yang melakukan sesuatu tanpa enjoy dinamakan kompeten/hebat/terampil. Dan anak yang melakukan sesuatu dengan enjoy, easy, dan excellent dinamakan hobi.

Ya, karena bakat adalah fitrah manusia dari Sang Pencipta. Dan tugas orang tua dan anak adalag menggali kemampuan dan menemukan bakat. Karena dengan bakat inilah kita menemukan misi hidup kita sebagai khalifah di muka bumi.

Bakat merupakan sesuatu yang dibawa dari lahir dan bakat ini tidak bisa dipengaruhi orang lain. Maka dari itu, kenali bakat anak, dukung, dan tingkatkan agar anak mampu memahami misi hidupnya.

Sumber:
Materi ke tujuh, Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional

2 komentar

  1. Maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan?
    Alhamdulillah, selalu menginspirasi dengan ilmu parentingnya.
    Terimakasih.


    BalasHapus